PARIAMAN, KABAR SUMBAR-Salah seorang pegiat wisata di Pariaman, Aksa Prawira memosting terkait imbauan kepada nelayan dan para wisatawan di Pariaman agar mewaspadai munculnya ubur-ubur berjenis bluebottle. Status itu ia unggah, 2 Oktober 2019. Katanya, ubur-ubur jenis itu salah satu ubur-ubur beracun di dunia.
Lanjutnya, tidak sedikit nelayan Pariaman yang tersengat ubur-ubur jenis ini dan dilarikan ke rumah sakit. Aksa memaparkan dampak setelah tersengat, badan serasa terbakar, semua persendian terasa dan sangat sakit dan detak jantung perlahan melemah. “Kalau tidak cepat diberikan pertolongan maka akan fatal akibatnya,” tulis Aksa pada akun facebook miliknya.
Aksa, member Tabuik Diving Club itu meminta dan mengimbau agar hati-hati untuk wisatawan. Nelayan dan masyarakat berada di sepanjang Pantai Pariaman. Tolong beritahu anak-anak untuk tidak bermandi dan bermain di pinggir pantai. Kalau sudah tersengat langsung larikan ke rumah sakit.
Status tersebut membuktikan terkait efek dari sengatan bluebottle jellyfish. Pasalnya, dua nelayan di Pariaman, Sumbar dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) karena diserang ubur-ubur jenis bluebottle. Perizal, 37, warga setempat mengatakan, memang ada yang tersengat saat melaut. Korban itu merupakan Anak Buah Kapal dan satu lagi warga setempat, Ali Imran, 43.
“Kalau tidak salah kejadiannya 10 hari lalu,” ujar Perizal.
Ia menerangkan, ABK yang tersengat ubur-ubur itu kulitnya melepuh dan detajk jantungnya melemah. ABK itu langsung dibawa ke rumah sakit untuk perawatan medis. “Ia mengaku kalau selama melaut baru kali ini melihat ubur-ubur seperti itu,” ujar Perizal menirukan.
Beruntung ABK itu bisa mendapat perawatan cepat, bila tidak bisa saja nyawanya sudah tidak dapat tertolong. Setelah kejadian itu kata Ferizal, banyak nelayan takut melaut, karena takut mengalami kejadian serupa. Hal ini merupakan upaya untuk menghindari dampak sengatan ubur-ubur.
Menurut beberapa sumber, ubur-ubur bluebottle merupakan organisme tunggal. Tetapi, ia koloni organisme dengan istilah Siphonophore. Pada koloni itu ada polip khusus dapat digunakan untuk mengapung, tentakel, sistem pencernaan, dan gonozooid (untuk bereproduksi).
Kemudian, ubur-ubur Bluebottle bisa berupa individu maupun koloni saat diperairan. Mereka punya beberapa bagian yang berfungsi secara terpisah, seperti sebuah koloni, tetapi mereka tidak dapat bertahan sendirian. Selanjutnya, bagian pelampung atau sac mendukung keberlangsungan hidup koloni Bluebottle dan dapat tumbuh hingga 15 sentimeter. Pelampung ini memiliki fitur menarik yang dapat condong ke kiri atau ke kanan.
Sekelompok Bluebottle disebut ‘armada’, kata dalam bahasa Portugis dan Spanyol yang berarti ‘kapal laut.’ dan bluebottle mencari mangsa berupa ikan-ikan dan makhluk laut kecil lain dengan tentakelnya. Bluebottle menangkap, menyengat, dan membunuh mangsa, kemudian mengarahkannya ke mulut.
Armada Bluebottle dapat mengarungi permukaan samudra dengan bantuan angin. Sehingga, ada banyak yang ditemukan di perairan Australia. Seperti Gold Coast, sekitar Sydney dan Perth, serta sekitar Tasmania. Peristiwa yang terjadi di Australia dimana ribuan wisatawan tersengat ubur-ubur itu merupakan spesies Physalia utriculus yang ukurannya lebih kecil dan tidak terlalu berbahaya.
Kasus sengatan ubur-ubur jenis bluebottle juga pernah terjadi di kawasan wisata di sepanjang pesisir Kebumen dan Cilacap, Jawa Tengah. Peristiwa itu terjadi Jumat, 7 Juni 2019. Sebanyak 40 wisatawan dilaporkan saat itu menjadi korban sengatan endemik laut itu.
Ukuran hewan bertekstur kenyal ini bervariasi, kebanyakan memiliki panjang maksimal 15 sentimeter. Biasa muncul sekitar siang menjelang sore pukul 14.00 WIB. Ubur-ubur ini mendekati daerah pesisir karena siklus alam, tidak hanya bertebaran di perairan dangkal namun banyak yang terdampar di pantai.