Karya jurnalistik dan biografi Djamaluddin Adinegoro, Ani Idrus, Mochtar Lubis, Petrus Kanisius Ojong, Roehana Koeddoes dan Rosihan Anwar. Tokoh pers asal Sumatera Barat (Sumbar) akan dipersembahkan dalam bentuk galeri saat Hari Pers Nasional (HPN) 2018.
Lecut tangan para tokoh itu akan dinikmati para pewarta se Nusantara saat berkumpul di Sumbar nantinya. Terkait hal ini Dinas Perpustakaan dan Kearsipan sudah mulai mengumpulkan karya jurnalistik asal Sumbar itu. Pasalnya, itu merupakan bagian dari sejarah pers dan patut dikenang.
“Ini kami angkat karena atas karya jurnalistik merupakan bagian dari sejarah dalam menyampaikan informasi ke masyarakat, serta mencerdaskan umat,” ujar Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sumbar, Alwis di kantor Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman, Senin (9/10/2017).
Tokoh pers di Indonesia sebanyak 20 dan dari jumlah itu ada enam yang berasal dari Minangkabau. Sehingga, saat pameran nantinya, tidak hanya karya jurnalistik yang telah terbit atua termuat di media, akan tetapi tulisan penelitian juga akan disuguhkan. Inti dari galeri tersebut, memacu semangat para insan pers dalam memajukan dunia jurnalistik di Indonesia.
Salah seorang wartawan Harian Rakyat Sumbar, Kariadil Harefa menilai dan menyarankan, agar agenda Hari Pers Nasional 2018 tidak sekadar seremoni belaka, akan tetapi ada titik penting pembahasan lebih utama yakni kebebasan pers Indonesia, disamping agenda lainnya. Sebab, masih banyak ditemukan hambatan, pengekangan aturan, kekerasan fisik terhadap pewarta saat menjalankan tugas, dan tentunya hal ini memang tidak asing lagi ditelinga dan sudah barang tentu ini juga tantangan di tiap media perusahaan pers.
Ia menyiratkan akan perjuangan serta idealisme Rosihan Anwar, tokoh pers yang lahir di Kubang Nan Dua, Sirukam, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Ia menyuarakan penderitaan rakyat lewat tulisan, karya jurnalistiknya tidak dapat dibeli dengan mahar apa pun. “Mari kita meniru perjuangannya, ketokohannya serta konsekuen melawan ketidakadilan yang tidak berpihak kepada masyarakat,” ujar mantan aktivis kampus swasta dan pergerakan mahasiswa di Sumbar dalam Lingkar Mahasiswa Minangkabau Raya (Limamira).
Disamping itu, ia menilai HPN merupakan refleksi akan perjuangan pers di Indonesia termasuk ideologi pers. “Ini merupakan tantangan meskipun berangsur kemajuan kebebasan pers lahir pasca reformasi, dan sangat setuju dengan ide adanya galeri terkait para tokoh pers asal Minangkabau karena ini akan menjadi cerminan bagi generasi saat ini untuk terus berkarya,” ujarnya, yang senang dengan agenda HPN 2018 digelar di Sumbar.