Manggilang Tabu, Kearifan Lokal Nagari Lawang

Agam – Selain dikenal dengan panorama Danau Maninjau yang membuat kawasan wisata Puncak Lawang digemari masyarakat, terdapat kegiatan lain yang juga menjadi daya tarik tersendiri di wilayah tersebut.

Kegiatan tersebut yaitu manggilang tabu atau pengolahan tebu secara tradisional.

Kawasan Puncak Lawang yang berada di Kecamatan Matua Kabupaten Agam sendiri memang merupakan daerah penghasil tebu dan gula merah, yang biasa disebut ‘saka tabu’.

Di sana, para pengolah tebu melakukan pengolahan secara turun temurun sebagai usaha keluarga selama puluhan tahun.

Pengolahan tebu secara tradisional pun masih dijalankan hingga saat ini.

Diakui Asrul, pengelola Kilang Tabu Tradisional Ni Des, pengolahan secara tradisional yang memanfaatkan tenaga kerbau, dilakukan untuk menjaga kualitas hasil olahan.

“Dahulu saya pernah menggunakan mesin selama 15 tahun. Hasilnya bisa mencapai 100kg/hari, namun kualitasnya tidak bagus, hasilnya kotor semua. Alat tradisional proses penyaringannya memakan waktu yang lama dimana dalam 4 kali penyaringan menghasilkan 25 kg/hari. Namun hasilnya bisa dibandingkan dengan menggunakan mesin, sangat bersih dan bisa langsung dimakan,” kata Asrul.

Sebagai pengelola, pihaknya juga menyediakan paket wisata di usaha Kilang Tabu Tradisional tersebut. Pengunjung yang datang dapat menyaksikan proses pembuatan gula merah dari awal hingga selesai.

Yaitu bagaimana proses menyiapkan kerbau untuk dipasangkan ke alat penglikangan, dimana mata kerbau ditutupi dengan tempurung kelapa dan kain.

Proses selanjutnya yaitu memasak perasan tebu hingga mengental, lalu mencetaknya pada alat cetak sampai mongering dan menghasilkan gula merah ‘saka tabu’.

Asrul mengakui, biasanya banyak wisatawan mancanegara yang datang untuk melihat proses pengolahan tebu tersebut. Namun saat ini tidak ada lagi yang datang sehubungan dengan pandemi yang terjadi.

Baca Kabarsumbar.com lebih update via Google News, Klik Disini atau Join Telegram Disini.