Filologi merupakan studi yang membahas perjalanan sebuah teks. Secara etimologi, filologi berasal dari kata filo yang artinya teman, dan logos yang artinya ilmu. Sehingga, dapat diartikan filologi merupakan ilmu yang membicarakan tentang teks. Filologi mempelajari bagaimana teks atau naskah sebagai produk budaya pada masa lampau meliputi kandungan ataupun isi dari teks atau naskah tersebut.
Upaya filologi yang dilakukan karena karya – karya atau teks tersebut dianggap mengandung informasi, ide, maupun pikiran tentang berbagai segi kehidupan (Wardah, Eva Syarifah ,2020).
Filologi juga dimaknai sebagai konfigurasi teks historis, yang artinya filologi berperan untuk mengidentifikasi serta merestorasi teks dari masa lampau. Terdapat tiga aktivitas utama dari filologi yaitu untuk mengidentifikasi fragmen, mengedit teks, serta menulis komentar historis (Gumbrecht, 2003).
Sementara itu, kodikologi merupakan kajian yang membahas semua aspek dari naskah, seperti bahan kertas, umur naskah, tempat penulisan naskah, penyewaan naskah, dan cara penyusunan katalog. Kodikologi berasal dari codex yang diartikan sebagai naskah. Salah satu hal yang penting juga untuk dilakukan selain kritik teks adalah mengetahui seluk beluk serta kandungan naskah yang terdapat dalam kajian kodikologi (Istadiyantha, 2010).
Studi ini diperkenalkan oleh Alponso Dain pada tahun 1944 yang menyarankan kodikologi sebagai ilmu mengenai naskah – naskah dan bukan ilmu yang mempelajari apa yang tertulis pada naskah. Berdasarkan definisi filologi serta kodikologi oleh beberapa ahli, dapat diartikan kedua cabang ilmu tersebut memiliki fokus yang berbeda, namun keduanya sama sama naskah sebagai objek yang ditelaah. Kedua cabang ilmu tersebut saling berkaitan dan bermanfaat untuk mengkonfirmasi dan memastikan apakah isi dari naskah atau manuskrip yang tersebar itu sudah sesuai atau sudah benar.
Penelitian mengenai filologi serta kodikologi di Indonesia dewasa ini sudah banyak dilakukan. Diantaranya, penelitian oleh Eva Syarifah Wardah (2020) yang berfokus membahas kajian kondisi fisik serta seluk beluk dari kodikologi. Eva memperkenalkan definisi general hingga spesifik mengenai dua kajian ilmu tersebut, seperti mengutif definisi secara etimologi. Hal menarik yang dibahas pada penelitian ini adalah pemaparan yang diberikan mengenai kodikologi, Eva membahas perkembangan bahas atau alas yang digunakan naskah di Indonesia, alat tulis yang biasa digunakan, tempat penulisan naskah di Indonesia, serta tempat
penyewaan naskah, dan cara penyusunan katalog pada naskah. Artikel ini memberi pengetahuan yang lengkap dan bermanfaat untuk penelitian naskah.
Selain itu, pembahasan mengenai filologi di Indonesia juga dibahas oleh Sudibyo (2007) yang mengaitkan filologi dengan orientalisme. Hal yang sangat menarik untuk direnungkan bersama bahwa filologi yang kerap diasosiakan dengan sesuatu yang kuno dan ketinggalan zaman sebenarnya berperan penting untuk melawan orientalisme.
Melalui artikel ini, kita diajak untuk kembali menghidupkan filologi sebagai kajian naskah yang merupakan warisan budaya agar kita dapat mempertahankan budaya hingga negara kita dari pengaruh orientalisme. Dengan munculnya penilitian serta studi yang berkaitan dengan filologi serta kodikologi di Indonesia, penulis melihat eksistensi filologi dan kodikologi ini berkontribusi untuk mempertahankan warisan budaya di Indonesia. Peran filologi dan kodikologi tidak hanya terbatas pada pemahaman dan pemeliharaan teks-teks kuno, tetapi juga membantu dalam menyelamatkan warisan budaya yang mungkin terancam punah.
Dengan analisis yang cermat dan teknik restorasi yang tepat, teks-teks kuno yang rusak atau terabaikan dapat dihidupkan kembali, memungkinkan generasi mendatang untuk terus mengakses dan mempelajari warisan budaya ini. Oleh karena itu, peran filologi dan kodikologi dalam mempertahankan warisan budaya dapat diwujudkan dengan melakukan digitalisasi terhadap naskah serta melanjutkan penelitian untuk menelusuri naskah.
Dengan mempelajari dan meneliti naskah, artinya kita menyelamatkan naskah yang tersebar begitu banyak di Indonesia. Salah satu cara mempertahakan warisan budaya melalui filologi dan kodikologi adalah dengan digitalisasi. Seorang profesor filologi Universitas Indonesia, Titik Pudjiastuti pada webinar manuskrip digital yang diadakan pada 15 Januari 2021 lalu mengatakan bahwa kajian filologi dan kodikologi ini sangat berdampak untuk mempertahankan warisan budaya yang dapat dilakukan digitalisasi. Titik berpendapat digitalisasi pada manuskrip tidak hanya menyelamatkan kekayaan budaya tetapi juga bermanfaat untuk membuat manuskrip untuk semakin dikenal di ranah Internasional. Menurut Titik, kesadaran akan pentingnya melestarikan manuskrip kuno Nusantara semakin meningkat dalam dua dasawarsa terakhir.
Kesadaran berbagai pihak mulai dari pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swasta, hingga masyarakat secara mandiri telah membuat kegiatan-kegiatan penyelamatan manuskrip Nusantara sudah banyak terlaksana. Sebagai seorang profesor, Titik juga ikut andil untuk mempertahankan warisan budaya dengan mengembangkan sebuah portal database online yang dapat menyimpan bentuk digital manuskrip-manuskrip itu. (Maulani, Abdullah, 2021).
Hal ini menunjukkan bahwa, peran filologi dan kodikologi dalam mempertahankan warisan budaya dapat tercapai dengan melakukan digitalisasi manuskrip, sehingga naskah kuno dapat diakses dengan mudah dimana saja dan kapan saja.
Selanjutnya, peran filologi dan kodikologi untuk mempertahankan warisan budaya dapat dilakukan dengan melanjutkan penelitian mengenai naskah kuno. Hal ini dapat memperluas penelusuran penyebaran naskah kuno di Indonesia sehingga akan lebih banyak naskah yang diselamatkan. Dewasa ini, sudah banyak peneliti melakukan penelitian naskah dengan fokus dan pembahasan yang berbeda, dimulai dari pembahasan aksaranya, isi naskah, penerjamahan aksara, dan lainnya.
Salah satunya adalah penelitian naskah sunda yang dilakukan oleh Agus Heryana (2022) yang membahas koleksi naskah obat di Museum Sri Baduga, Jawa Barat, menyampaikan informasi mengenai pengobatan masyarakat zaman dahulu yang bermanfaat untuk kehidupan sekarang. Agus berfokus membahas isim atau jimat yang digunakan sebagai penunjang obat atau booster untuk orang yang sakit agar lebih cepat sehat. Isim hanya akan berfungsi jika disertai dengan keyakinan bahwa Isim dapat membantu menyembuhkan penyakit. Namun, tidak dapat diidentifikasi penyakit spesifik yang dapat disembuhkan oleh Isim.
Dewasa ini, keyakinan mengenai ilmu hitam, jimat, guna – guna masih berkembang di masyarakat. Bahkan, ada yang memiliki keyakinan bahwa jimat bisa menjadi penyebab kematian seseorang.
Dengan adanya penelitian yang membahas peran Isim atau jimat dalam penyembuhan penyakit, kita dapat memperoleh informasi bahwa Isim hanya akan berlaku jika kita memiliki keyakinan yang kuat akan manfaatnya. Artinya, Isim tidak bisa dijadikan sumber obat utama dan tidak dapat berlaku pada semua orang karena diperlukan keyakinan yang penuh untuk pengaplikasian Isim pada penyakit.
Dengan adanya penelitian oleh Agus (2022), kita dapat melihat peran filologi dan kodikologi dalam mempertahakan warisan budaya dapat diwujudkan dengan melakukan penelitian naskah. Sehingga, masyarakat kembali menggali dan diperkenalkan dengan bermacam naskah yang tersebar di Indonesia, serta isi dan kajian dari naskah tersebut. Kemudian, naskah dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya sebagai kekayaan budaya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa studi filologi dan kodikologi memiliki peran yang sangat penting dalam mempertahankan warisan budaya. Filologi membantu kita memahami teks-teks kuno dari berbagai budaya dan zaman melalui analisis bahasa, gaya penulisan, dan konteks budaya, sementara kodikologi mempelajari aspek fisik naskah seperti bahan, umur, dan tempat penulisan.
Kedua bidang ini saling melengkapi dan membantu merekonstruksi serta melestarikan teks-teks kuno yang mencerminkan pemikiran dan kehidupan masa lalu. Peran filologi dan kodikologi dalam mempertahankan warisan budaya dapat diwujudkan melalui upaya digitalisasi, penelitian mendalam, dan pembelajaran yang berkelanjutan. Melalui pengetahuan yang diperoleh dari studi ini, kita dapat memperkaya pemahaman tentang budaya dan sejarah manusia, serta melestarikan warisan budaya untuk generasi yang akan datang. Oleh karena itu, dukungan terus-menerus terhadap penelitian dan pengembangan dalam bidang ini sangatlah penting untuk menjaga keberlangsungan warisan budaya manusia.