Padang — Tim pengabdian masyarakat Universitas Andalas melaksanakan kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) di Puskesmas Pembantu Korong Gadang, Taruko, Kota Padang. Program ini berfokus pada optimalisasi peran kader Posyandu dalam perubahan perilaku ibu terkait pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk pencegahan stunting.
Kegiatan ini dipimpin oleh Ns. Hermalinda, M.Kep., Sp.Kep. An., Ph.D dari Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, dengan anggota Ns. Yanti Puspita Sari, M.Kep., Ph.D (Fakultas Keperawatan) dan Trisfa Augia, S.Si., Apt (Fakultas Kesehatan Masyarakat). Turut berpartisipasi pula mahasiswa Salsabila Puteri dan Chintia Renjani dari Program Studi Sarjana Keperawatan.
“Kami ingin meningkatkan pemahaman dan keterampilan kader Posyandu agar mampu mendampingi ibu dalam memberikan MP-ASI sesuai standar kesehatan,” ujar Hermalinda saat membuka kegiatan.
Kegiatan ini merupakan hibah program pengabdian kepada masyarakat skema program kemitraan masyarakat batch III yang dibiayai oleh Dirjen Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Tahun 2025.
Kader Posyandu Jadi Ujung Tombak Perubahan

Hasil Focus Group Discussion (FGD) di Posyandu Korong Gadang menunjukkan masih banyak ibu yang belum memahami waktu, variasi, dan frekuensi pemberian MP-ASI yang benar. Kondisi tersebut meningkatkan risiko gangguan gizi pada anak.
“Kader adalah garda terdepan dalam mengubah perilaku masyarakat. Melalui pelatihan ini, mereka diharapkan lebih percaya diri dan mampu memberikan informasi yang tepat tentang MP-ASI kepada para ibu,” ungkap Ns. Yanti Puspita Sari.
Pelatihan ini menekankan empat komponen penting dalam pemberian MP-ASI, yaitu ketepatan waktu, kecukupan porsi, keamanan, dan cara pemberian yang benar.
“Keamanan dan kebersihan makanan menjadi hal yang tidak bisa diabaikan. Kader harus mengingatkan ibu agar memastikan makanan anak disiapkan dengan higienis dan lingkungan tetap bersih,” jelas Trisfa Augia.
Selain itu, edukasi juga diberikan kepada para kader tentang pentingnya gizi sejak masa kehamilan. Nutrisi ibu hamil yang tidak terpenuhi dapat berdampak langsung pada janin.
“Kekurangan gizi saat hamil dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan berisiko mengalami gangguan tumbuh kembang. Karena itu, perhatian terhadap gizi harus dimulai sejak dalam kandungan,” tegas Hermalinda.
Peran Keluarga Dorong Pencegahan Stunting Sejak Masa Kehamilan

Selain peran kader, keluarga juga memiliki posisi penting dalam mendukung keberhasilan pemberian MP-ASI. Dukungan dari suami dan anggota keluarga lain sangat menentukan keberlanjutan praktik gizi yang baik.
“Dukungan keluarga sangat penting agar MP-ASI dapat diberikan secara optimal kepada anak,” tegas Hermalinda.
Menurutnya, terdapat beberapa indikator utama dalam penerapan MP-ASI, seperti waktu pengenalan, frekuensi makan, dan keragaman makanan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, sebagian ibu sudah melaksanakan praktik yang baik, namun belum mencapai persentase ideal.
Hermalinda menjelaskan bahwa keragaman makanan menjadi kunci pemenuhan gizi bayi. “Terdapat delapan kelompok makanan penting yang dibutuhkan anak, yaitu karbohidrat, protein nabati, protein hewani, produk susu, telur, sayuran sumber vitamin A, buah, dan bahan pangan bergizi lainnya,” terangnya.
Dengan peningkatan kapasitas kader dan meningkatnya pemahanan keluarga akan pentingnya MP-ASI, diharapkan menjadi langkah nyata dalam mencegah stunting dan memperkuat kesadaran gizi keluarga di Kota Padang.
“Alhamdulillah, dari respon kader-kader kami terlihat antusiasme yang tinggi. Semoga ilmu yang didapat bisa diterapkan di Posyandu masing-masing dan menjadi contoh bagi kader lainnya dalam pelaksanaan pemberian MP-ASI,” ujar Evi Novita, Amd.KG, staf Puskesmas Pembantu Korong Gadang.






