
PADANG, KABARSUMBAR—Perayaan Tri Suci Waisak 2562 BE/2018 di Padang, Sumatera Barat (Sumbar) selain berlangsung khidmat, juga menunjukan kemajemukan di daerah. Umat Buddha di Padang berbuka puasa bersama ratusan anak santri dan santriwati panti asuhan Budi Mulia. Dipusatkan di gedung serbaguna Himpunan Keluarga Lim, Jalan Pulau Karam No.68, Kampung Pondok, Kecamatan Padang Barat.
Selain agenda berbuka puasa bersama, juga memberikan santunan kepada anak santri dan santriwati oleh Yayasan Buddhayana Cabang Padang dan Grha Samantha Giri dan didukung Keluarga Marga Lim. Tidak ada sekat antara kedua umat beragama itu saat duduk bersama di gedung serbaguna tersebut dan kebahagiaan terpancar. Ketua Pelaksana Lim Hap Kian, mengatakan jika momentum saat ini sangat tepat, dimana umat Buddha merayakan Tri Suci Waisak 2562 BE dan umat Islam menunaikan ibadah puasa 1439 Hijriah.
Menurutnya, membantu sesama untuk meneruskan pengajaran sang guru agung, sehingga umat Buddha dengan apa yang diyakininya wajib menularkan welasih sang guru agung dan cinta kasihnya.
“Itu pesan dan selaku umatnya harus meneruskan pengajaran sang guru tanpa memandang apa bangsa, apa sukunya,” kata Lim Hap Kian, Selasa (29/5/2018).
Selain menyantun, beberapa agenda lainnya juga pernah dilaksanakan, dengan mengunjungi panti asuhan, panti jompo. Karena momentumnya bersamaan, yakni ibadah puasa dan Waisak. Maka, umat Buddha di Padang, Sumatera Barat berbagi kasih sebagai bentuk keharmonisan yang telah dibangun selama ini. Tidak terlepas dari ajaran sang Buddha, yakni berbuat kebaikan, saling membantu, tolong menolong, saling mencintai serta mengasihi dan menciptakan kedamaian.
“Kami mengangkat tema kali ini dengan kebhinekaan kita tingkatkan kerukunan hidup beragama,” ungkap Lim Hap Kian, Ketua Harian Grha Samantha Giri.
Pengurus panti asuhan Budi Mulia, Muhammad Khairil mengucapkan terima kasih atas undangan berbuka puasanya, serta membantu anak-anak santri dengan memberikan santunan. Agenda berbuka puasa bersama menurutnya, ketika disangkutkan akan sosial tentu tidak persoalan, akan tetapi ketika disangkutkan dengan akidah tentu berbeda. Kemudian menjamin kehalalan makanan.
“Selaku umat beragama dan sesama satu bangsa, tentu kita harus menghadirinya,” ungkapnya.
Khairil mengatakan, bergaul dengan sesama umat bangsa dan yang berbeda dengan ajaran agama juga merupakan ajaran rasul. Kenapa tidak, ketika salah seorang dari non-muslim mengalami suatu sakit penyakit, rasul kemudian mengobatinya. Ia berharap, keharmonisan, toleransi umat beragama di Padang, Sumatera Barat tetap terawat.
“Mari saling menjalankan masing-masing ajaran agama yang diyakini tanpa harus berseteru. Adanya polemik melanda bangsa saat ini merupakan pribadi dan golongan, kami dari panti sosial tidak menghubungkan dengan hal-hal seperti itu. Dari panti sosial, selalu bersosial, ketika non-muslim bersumbangsih kepada kami akan diterima, karena itu konteksnya sosial,” kata Khairil.
Usai berbuka puasa dibarengi dengan foto bersama, sungguh kemajemukan yang terbangun dan terawat.
[lidairak]