Covid-19 Beresiko Sebabkan Gangguan Sistem Pernapasan

Foto : Internet

PadangCorona Virus Disease 2019 (Covid-19) merupakan virus yang telah masuk ke Indonesia sejak awal 2020 lalu. Penyakit yang berasal dari Wuhan tersebut bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Semen Padang Hospital (SPH) dr. Adek, Sp. KFR mengungkapkan, bahwa pasien Covid -19 yang menjalani perawatan di Intensive Care Unit (ICU) selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu bisa berisiko mengalami berbagai gangguan fungsi. Hal ini dalam bidang medis disebut “deconditioning syndrome”, yaitu sekumpulan gejala yang menurunkan kapasitas fungsional akibat imobilisasi/lama berbaring di tempat tidur.

“Gejala yang ditemukan diantaranya gangguan dalam bersihan jalan nafas, penurunan massa atau ukuran otot, osteoporosis, kemampuan pompa jantung yang menurun, luka pada bagian-bagian kulit yang mengalami penekanan dan ada banyak fungsi lain yang ikut terganggu,” ujarnya.

Ia menjelaskan, untuk menghindari terjadinya gangguan fungsi tubuh tersebut, dibutuhkan program rehabilitasi medik. Peran rehabilitasi medik di sini adalah mencegah terjadinya komplikasi akibat tirah baring lama tersebut, serta meningkatkan kapasitas fungsional atau kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan potensi yg masih dimiliki oleh pasien.

Ia mengungkapkan, untuk kasus pasien yang mendapat perawatan di ICU dan harus menggunakan ventilator, program rehabilitasi dapat berupa positioning. Positioning bertujuan memperbaiki oksigen ke jaringan. Selain itu positioning juga bertujuan mencegah terjadinya luka pada kulit yang mengalami penekanan saat berbaring lama. Untuk membantu bersihan jalan nafas juga dibutuhkan chest physical therapy (terapi fisik dada). Di samping itu latihan lingkup gerak sendi aktif/pasif juga perlu guna mencegah kekakuan sendi, dan mencegah penurunan massa otot.

“Mobilisasi dan latihan aktif lainnya juga bisa dilakukan jika kondisi hemodinamik pasien sudah stabil. Hal itu tentunya dapat membantu pasien agar tetap bugar dan menghindari timbulnya penyakit lainnya,” katanya.

Di sisi lain, bagi pasien yang stabil dengan gejala yang ringan, program rehabilitasi yakni dengan memberikan edukasi pada pasien untuk latihan mandiri dan aktif, seperti melakukan latihan pernafasan, latihan pengembangan rongga dada, latihan batuk efektif, latihan endurance/ ketahanan otot dan kardiorespirasi.

Seluruh latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional pasien, sehingga pasien kembali dapat berfungsi seperti kondisinya sebelum sakit dan kembali berpartisipasi dalam kehidupan di keluarga dan masyarakat.

Rehabilitasi medik merupakan salah satu cabang spesialisasi kedokteran yang berorientasi pada gangguan fungsi. Program rehabilitasi bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi yang ada pada pasien, berdasarkan potensi yang dimiliki, guna meningkatkan kualitas hidup pasien.

Kasus yang ditangani pada bidang rehabilitasi meliputi gangguan tumbuh kembang anak, gangguan fungsi akibat masalah muskuloskeletal (otot dan rangka tubuh), gangguan fungsi akibat masalah sistem saraf baik saraf pusat atau saraf tepi, gangguan fungsi pernafasan, gangguan fungsi pada usia lanjut (geriatri), dan lainnya.

“Di SPH , saat ini sudah ada dokter Spesialis Rehabilitasi Medik, Fisioterapis (FT), Okupasi Terapis (OT) dan Terapis Wicara (TW). Fasilitas yang ada saat ini juga sangat memadai, karena sudah dilengkapi berbagai modalitas terapi (Low LASER, TENS, US, SWD, MWD, traksi mekanik, dan lainnya) fasilitas untuk latihan fisik, untuk terapi okupasi, serta terapi wicara anak dan dewasa,” lanjutnya.

Baca Kabarsumbar.com lebih update via Google News, Klik Disini atau Join Telegram Disini.