Opini  

OPINI : Gen Z Penentu Kepala Daerah Sumatra Barat

Irvan Mufadhdhal Zulis - Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang

Setelah perjalanan panjang dalam menentukan kepala pemimpin negara (Presiden). Saat ini negara demokrasi ini akan kembali memberikan panggung daerah diantara calon-calon yang mengusung ataupun diusung. Rakyat dari setiap daerah kembali lagi menikmati janji-janji manis dari setiap calon.

Terlebih lagi, Sumatra Barat salah satu daerah akan terkenal akan nilai budaya yang kuat dan wisata paling menarik di mata para wisatawan. Wajar saja, kursi seorang kepala daerah menjadi perebutan bagi kalangan para pejabat. Tentu saja, tantangan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Menurut Badan Pusat Stasistik, pada tahun 2022 masyarakat Sumatra Barat sudah memiliki 5.640.629 jiwa. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020, jumlah gen Z sebanyak 30,6 persen. Jadi terdapat sekitar 1,65 juta orang dari gen Z, akan tetapi jumlah tersebut.

Sudah tentu akan berbeda dengan tahun 2024. Angka sensus kemungkinan akan bertambah dari sebelumnya. Artinya, jumlah gen Z pasti berbeda dan bermungkinan akan membesar. Mengingat daerah Sumatra Barat menjadi tempat impian dan liburan bagi para gen Z.

Sehingga peranan gen Z tidaklah bisa diremehkan pada ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Para calon harus akan melek dari setiap aktivitas dan pergerakan Gen Z, guna mendapatkan ataupun mencuri perhatian untuk meraih panggung sebagai kepala daerah. Perlu diketahui, gen Z merupakan kelahiran antara tahun 1997 hingga 2012. Terbukti bahwa peran gen Z tidak bisa diremehkan. Generasi yang mengusai akan teknologi dan kreatif dalam melihat tren pekerjaan di era digital.

Tulisan ini bertujuan menghasilkan pemimpin yang layaknya seorang pemimpin. Seorang pemimpin tidak boleh kalah pandainya dari para gen Z. Sebab, seorang pemimpin akan memutuskan sebuah keputusan dan menentukan nasih rakyatnya.

Sehingga rakyat disini juga masih mencakup gen Z yang memiliki intelektual dan kreatif di bidang digital. Jika terjadinya ketidakpaham seorang pemimpin akan nasib rakyatnya. Celakalah sudah, daerah negeri tersebut. Gen Z bisa dikatakan sebagai perwakilan dari suara rakyat atas kebijakan yang tidak sesuai dari atas keinginan rakyat.

Kita tidak boleh buta akan aksi-aksi dilapangan yang selalu menghebohkan negeri ini. Contoh, gerakan demonstrasi yang sudah biasanya dilaksanakan oleh mahasiswa.

Mahasiswa tahun ini sudah termasuk dari bagian Gen Z. Sebagai pemimpin daerah harusnya mengerti akan kebutuhan rakyat dan siap merima kritikan dari berbagai kalangan rakyat termasuk gen Z. Sebagai pemimpin tidak boleh angkuh akan masukan dan saran yang diberikan. Bahkan, kritikan yang keras. Hal ini sudah biasa dilakukan dari kalangan Gen Z.

Tidak bisa dipungkiri peranan gen Z melalui Media Sosial sudah bisanya selalu menyuarakan pandangan mereka tentang isu-isu politik. Mereka tidak hanya mengonsumsi informasi, tetapi juga berpartisipasi dalam kampanye pemilihan dan berdiskusi tentang kebijakan publik.

Terlebih lagi, pemahaman gen Z akan politik sangat membantu atau membuat seorang pemimpin menentukan keputusan yang lebih informasional dan cerdas.

Sebagai gen Z harus memiki kepandaian dalam mengatasi tantangan seperti penyebaran berita palsu (hoaks) dan polarisasi politik. Terbukti, para gen Z sudah memiliki peluang besar untuk menjadi suara yang inklusif dan mendorong perubahan positif dalam negara ini.


Oleh : Irvan Mufadhdhal Zulis – Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang

Baca Kabarsumbar.com lebih update via Google News, Klik Disini atau Join Telegram Disini.