Padang – Badan SAR Nasional (Basarnas) atau sekarang menjadi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, menggelar Pelatihan Potensi SAR Bidang Jungle Survival. Kegiatan ini diinisiasi oleh Kantor Pencarian dan Pertolongan Padang (Basarnas Padang) di Asrama Haji Padang.
Deputi Bina Tenaga dan Potensi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, Abdul Haris Achadi, mengatakan pelatihan adalah sebuah kebutuhan dalam SAR untuk menjaga kesiapsiagaan personel.
Banyak ilmu dan pengalaman yang bisa dipetik dalam pelatihan yang bisa meningkatkan kemampuan personel untuk melakukan tugasnya dalam mencari dan memberikan pertolongan.
Meski demikian ia menegaskan SAR bukan hanya tanggung jawab Basarnas, tetapi tanggung jawab bersama karena itu tidak boleh ada ego dalam lembaga.
“Meskipun Basarnas adalah leading sector dalam bidang pencarian dan pertolongan, tetapi sinergisitas harus dikedepankan dengan pemerintah daerah, TNI/Polri dan masyarakat,” katanya.
Hal itu harus diwujudkan bersamaan dengan latihan untuk meningkatkan skill dan kemampuan dalam penanggulangan bencana.
Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy mengatakan sumbar merupakan daerah rawan bencana dan karena itu perlu penanganan yang cepat untuk bisa menyelamatkan banyak nyawa.
“Sumbar daerah rawan bencana. Hampir semua potensi bencana ada di sini karena itu dibutuhkan penanganan yang cepat ketika terjadi bencana untuk bisa menyelamatkan banyak nyawa, termasuk di dalam hutan belantara,” katanya.
Wagub mengatakan Tim SAR yang kuat dan selalu siap siaga menyelamatkan nyawa ketika bencana alam atau non-alam terjadi. Karena itu peningkatan skill harus terus dilakukan, salah satunya dengan mengikuti pelatihan dengan materi penyelamatan.
Ia mengapresiasi Jungle Survival (Penyelamatan di kawasan hutan) tersebut karena Sumbar juga memiliki banyak gunung dan hutan. Hampir setiap minggu ada masyarakat melakukan aktivitas pendakian di gunung-gunung itu.
Sebagian dilakukan oleh masyarakat yang belum memiliki pengetahuan yang memadai terkait aktivitas itu sehingga potensi kecelakaan menjadi cukup tinggi.
“Jalur pendakian bisa menjadi berbahaya karena jumlah pendaki yang over. Apalagi bila saat pendakian turun hujan. Akan banyak potensi terjadinya pendaki yang hipotermia, jatuh, hilang arah atau cuma terkilir. Tim SAR bersama masyarakat lah yang kemudian harus turun tangan untuk kondisi-kondisi seperti itu,” katanya.