Gempa Tektonik Guncang Bengkulu dan Tasikmalaya

Ilustrasi.
Ilustrasi.
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Lagi-lagi masyarakat harus tetap waspada dan mawas diri terhadap gempa bumi, bukan kabar petakut. Tapi, sebagai informasi dan kabar kepada masyarakat. Seperti peristiwa yang terjadi di wilayah Samudera Hindia Pantai Barat Sumatra. Sekitar pukul 03.00, Senin dinihari, terjadi gempa bumi tektonik.

Berdasarkan peta tingkat guncangan menunjukan dampak getaran dirasakan di daerah Bengkulu dan Kepahiang. Hal tersebut berdasarkan analisis dari BMKG gempa bumi berkekuatan M=5,2 terjadi dengan koordinat episenter pada 3,53 LS dan 101,94 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 12 Km arah barat Kota Lais, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu pada kedalaman 101 Km.

Ditinjau dari kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempabumi ini termasuk dalam klasifikasi gempabumi menengah akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia, kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Moch. Riyadi kepada kabarsumbar, Senin (25/9/2019).

Artinya, sambungnya, tepat di zona Benioff yaitu zona subduksi lempeng yang memiliki sudut tunjaman yang relatif tajam di bawah lempeng Eurasia. Kemudian zona ini dimulai dari lepas pantai di sebelah barat Sumatra hingga terus menukik ke arah timur hingga ke bawah daratan pulau Sumatra.

Riyadi melanjutkan, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi ini dipicu oleh penyesaran naik (thrust fault). Hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).

Sementara itu berselang beberapa jam, peristiwa gempa bumi juga terjadi di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempabumi berkekuatan M=5,0 terjadi dengan koordinat episenter pada 8,12 LS dan 107,87 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 44 km arah barat daya Kota Karanganyar, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat pada kedalaman 55 km (update).

Getaran dirasakan oleh masyarakat di Tasikmalaya, Ciamis, dan Garut dalam skala intensitas II SIG-BMKG ((II-III) MMI).

“Jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia,” singkat Riyadi.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi ini dipicu oleh penyesaran naik (thrust fault) dan belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).

Meskipun demikian, BMKG tetap mengingatkan seluruh masyarakat terkait peristiwa gempa bumi, agar tetap tenang dan tidak terpengaruh akan isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Baca Kabarsumbar.com lebih update via Google News, Klik Disini atau Join Telegram Disini.