SMA Negeri 1 Kota Solok sebagai salah satu sekolah favorit di kota kecil itu, nyaris tak mampu lagi menampung tingginya minat masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya pada sekolah tersebut.
Pada tahun ajaran ini saja, hampir 200 lebih siswa kelas 10 (X) nyaris tidak kebagian lokal. Alasannya, karena keterbatasan sarana ruang belajar yang dimiliki sekolah.
Kondisi inipun memaksa pihak sekolah mencari gedung yang memadai untuk menjadi tempat bagi para siswa mendapatkan pendidikan yang layak.
Gayung bersambut, keluhan para guru dan orang tua siswa itupun memantik kepedulian oleh senator DPD RI asal Sumatera Barat yang merupakan putra Solok, Nofi Candra turut andil dalam memajukan pendidikan di daerah itu.
Gedung tiga lantai, bewarna putih dengan lapisan kaca pada dinding depannya, berada di tepi jalan lintas Sumatera kota Solok. Lokasinya sendiri persis pada ruas Jalan Bypas, Kelurahan KTK.
Gedung yang semula akan dikembangkan sebagai Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) oleh Yayasan Pendidikan Nusantara Citra (YPNC) itu, dipinjamkan untuk menjadi ruang belajar bagi siswa kelas X tanpa sewa hingga waktu yang dibutuhkan oleh pihak sekolah. Gedung itu menjadi lebih menarik karena disamping kanannya berdiri masjid Raya KTK.
Ratusan orang tua siswa kelas 10, SMA Negeri 1 Solok mengaku terkesima ketika bertemu dengan Nofi Candra yang hadir ke Solok bukan sebatas sebagai anggota DPD, tetapi lebih menjadi tokoh penyelamat pendidikan bagi ratusan siswa SMA Negeri 1 Solok yang sedang terkendala oleh kekurangan tempat belajar.
“Kami berterimakasih kepada pak Nofi yang telah menyerahkan gedung baru untuk anak-anak kami belajar disini,” kata perempuan yang bernama Buk Bet saat ramah tamah dengan Nofi Candra, komite dan pihak sekolah.
Buk Bet tidak sekedar membanggakan kepedulian Nofi Candra, tetapi ia mendorong agar senator RI itu ikut membantu menjadikan sekolah tersebut sebagai ikon pendidikan di kota Solok. Ia berpikiran demikian, karena selama ini kecenderungan masyarakat lebih memilih sekokah-sekolah favorit yang berada di luar kota Solok. Kini dan selanjutnya, sudah saatnya Solok membangun sekolah favorit.
Selain itu, Ketua Komite SMAN 1 Kota Solok, Purn Pol AKBP Zaini mengatakan, Nofi Candra hadir pada saat yang tepat. Ketika sekolah membutuhkan tambahan ruang belajar karena kelebihan rombongan belajar akibat perlakuan satu shif, tokoh muda asal Solok itu hadir untuk hal tersebut.
“Batapa beruntungnya kita, karena diberikan gedung megah dengan gratis pula. Tidak membayar sepersenpun,”ujarnya
Ia menyebutkan, meski yang dimanfaatkan hanya lantai dua dan sebagian lantai dasar untuk menampung 10 kelas, jika disewa, diperkirakan memakan biaya setidaknya Rp 150 juta setahun. Tetapi untuk kepentingan pendisikan anak-anak Solok, Nofi Candra memberi kemudahan bagi masyarakat yang menyekolahkan anaknya di SMA ini.
Senada, Pelaksana tugas (Plt) Kepala SMA Negeri 1 Solok, Nurmaini, M. Pd memaparkan keterbatasan sekolah terhadap ruang belajar akibat sistim pendidikan satu shif.
Menurut Nurmaini, dengan kondisi sekarang, sekolah utama SMAN 1 Solok yang berada di Tanah Garam mempunyai siswa sebanyak 39 kelas, yang ditempati oleh kelas 11 (kelas XI) sebanyak 29 kelas, sedangkan kelas 12 (kelas XII) sebanyak 18 kelas.
Kekurangan kelas semakin diperuncing dengan tambahan 10 kelas untuk kelas 1 (kelas X) yang diterima pada tahun pelajaran 2017 ini. “Sedangkan dalam ketentuan, kapasitas sekolah hanya boleh 36 kelas dari kelas X sampai kelas XII,” ujarnya.
Untuk mengatasi kelebihan kelas belajar, selama ini pihak sekolah mensiasatinya dengan belajar dua shif, pagi dan sore. Tetapi akibat peraturan baru yang hanya membolehkan sekolah satu shif, SMA Negeri 1 harus mencari tambahan ruang belajar minimal untuk mengatasi 10 kelas yang berada di kelas 1.
“Kita menjadi bersyukur pak Nofi Candra menyerahkan gedung secara gratis. Ini bantuan luar biasa untuk pendidikan anak-anak kita, sementara kita belum boleh menarik iuran sampai adanya keluar Pergub,” bebernya.
Sementara itu, Nofi Candra sendiri mengaku menahan obsesinya mengembangkan sekolah tinggi untuk kepentingan pendidikan di SMA Negeri 1 Solok.
Meski sejak awal dirinya telah mempersiapkan kerangka pendidikan sekolah tinggi dan direncanakan aktif pada tahun 2017, namun karena ada permintaan dari pihak sekolah memakai gedung, ia bersama yayasan lebih mendahulukan kelanjutan pendidikan SMA ini.
Nofi dengan merendah mengaku bukan seorang tenaga pendidikan, tidak pula seorang yang mampu menularkan ilmu pengetahuan kepada orang lain.
Tetapi dalam dirinya terus berusaha agar bisa bermanfaat untuk orang lain.
”Melalui gedung ini, mudah-mudah ada manfaat yang bisa diperoleh sebagai pahala. Itu saja niat kita,” ungkapnya
[Fernandez]