Oleh : Hijrah Adi Sukrial, Sekretaris IKLB Padang, Stering Committe Lintau Expo
Lintau Expo 2018 sukses dilaksanakan pada 12-13 April yang lalu. Dibuka oleh Ketua Dekranas Pusat yang juga istri Wakil Presiden RI, Mufidah Jusuf Kalla acara itu benar-benar membludak, baik pengisi stan, pengisi acara kesenian tradisional, penampilan silat, hingga pengunjung. Seperti apa perjuangan panitia mewujudkan acara yang sedianya akan dijadikan agenda tahunan ini?
Sedikit kilas balik ke belakang, ide Lintau Expo muncul ketika diskusi pengurus Ikatan Keluarga Lintau Buo (IKLB) Kota Padang. Pertemuan pada November 2017 itu dihadiri Ketua IKLB Padang, Indra Jaya, Wakil Ketua Yuhefizar, saya sendiri Hijrah Adi Sukrial selaku Sekretaris IKLB Padang, serta sesepuh di IKLB Padang, Erizal Nurmai.
Setelah melewati diskusi yang alot, maka disepakatilah bahwa IKLB Padang akan mengangkat kegiatan Lintau Expo. Setelah kesepakatan itu ada, maka langkah-langkah agar iven ini terwujud pun dilakukan. Langkah pertama dibentuklah kepanitiaan, setelah diskusi di grup WA, disepakati Rivaldi menjadi Ketua Panitia.
Rivaldi dibantu oleh Sandi Sandria, Gusti Afriani, dan beberapa mantan pengurus Ikatan Pemuda Pelajar Lintau Buo (IPPLB) Kota Padang yang sekarang sudah mengabdi di kampung halaman. Setelah beberapa kali diskusi, Rivaldi yang akrab dipanggil Abam mulai melakukan pendekatan ke pemuda dan mahasiswa asal Lintau untuk menjual ide ini. Sementara saya ditugaskan Ketua IKLB, Indra Jaya melakukan pendekatan ke tokoh-tokoh Lintau di perantauan dan pemerintahan.
Sekadar diketahui, Lintau saat ini terbagi dalam dua administrasi kecamatan, yaitu Kecamatan Lintau Buo dan Lintau Buo Utara. Di Lintau Buo ada empat nagari, Lintau Buo Utara ada lima nagari. Kami biasa menyebutnya Lintau IX Koto. Kami sepakat mengangkat acara dengan panitia dan peserta dari Lintau IX Koto, karena meski sudah dipisahkan administrasi, secara ikatan emosional Lintau Buo dan Lintau Buo Utara tak dapat dipisahkan.
Ketika melakukan pendekatan ke tokoh-tokoh nagari, Rivaldi dkk harus sabar, tak banyak yang antusias menyambut ide ini. Bahkan cemeeh, nada pesimis pun membuat panitia hampir putus asa. Hanya pak Ganesh, dosen ISI Padang Panjang yang optimis dan mendampingi panitia dalam persiapan. Karena itu, panitia pun akhirnya memutuskan mengundur acara dari semula 17-18 Februari menjadi 31 Maret-1 April 2018.
Selanjutnya, ketika saya meminta arahan dari Pembina IKLB Padang, Irdinansyah Tarmizi, beliau menyarankan agar acara disinkronkan dengan kunjungan ibu Mufidah Jusuf Kalla ke Tanah Datar yang sedianya dilaksanakan pada 17-18 April 2018. Konsekuensinya, jika berurusan dengan Protokoler Wapres dan Paspampres, Pemkab tak bisa menjamin kedatangan ibu Mufidah Jusuf Kalla ke lokasi. Karena sudah diluar kekuasaan Pemkab Tanah Datar. Saya diminta melobi langsung ke Jakarta.
Saya pun bolak-balik Padang-Lintau membantu panitia. Selanjutnya di awal Maret, Ketua IKLB Padang beserta saya dan panitia audiensi dengan Pembina IKLB Padang sekaligus Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi. Kami sepakat, meski ada risiko ibu Mufidah tidak akan datang ke lokasi, setidaknya kita akan mencoba mempersiapkan penyambutannya.
Jalan sudah mulai terang. Apalagi Kadisparpora Tanah Datar, Kepala Dinas Koperindag, Kabag Umum Setkab Tanah Datar menyatakan akan membantu. OPD memang tidak bisa membantu dengan anggaran, karena kegiatan ini tak masuk dalam perencanaan, namun kami dipinjamkan pentas, kursi, bahkan soundsystem dan lighting. Sebagai bentuk dukungan, bahkan beberapa pejabat Tanah Datar membantu dengan uang dari kantong sendiri.
Isu kedatangan ibu Mufidah Jusuf Kalla ini akhirnya menjadi jualan kami kepada pemerintahan nagari dan tokoh-tokoh Lintau. Meski tidak bisa membantu anggaran, pemerintahan nagari menyanggupi untuk mengisi stan dan mengirim tim silat serta kesenian untuk tampil di Lintau Expo. Ibu-ibu bundo kanduang dan PKK menyanggupi untuk membantu menyediakan makan panitia dan pengisi acara 100 bungkus per nagari.
Di sisi lain, saya terus melakukan lobi ke Jakarta agar ibu Mufidah bisa dihadirkan ke lokasi Lintau Expo. Ketua Dekranasda Kabupaten Tanah Datar, Emi Irdinansyah juga menjalin komunikasi intensif dengan Sespri istri Wakil Presiden agar beliau bisa hadir ke lokasi.
Seminggu jelang acara, panitia hanya memiliki kas Rp 500 ribu, sumbangan dari Wakil Ketua bapak Yuhefizar. Semua dikerjakan panitia dengan swadaya, bahkan suatu ketika saat rapat panitia hanya makan kerupuk yang dibagi dua, seperti di film Dilan dan Melia.
Namun kami terus jalan, Ketua IKLB Padang memberikan modal awal, sehingga panitia semakin percaya diri. Allah SWT menjawab doa dan niat baik panitia, Lintau Expo mulai masuk agenda kunjungan Ketua Dekranasda Pusat, Mufidah Jusuf Kalla.
Karena nagari tak punya anggaran untuk menyediakan tenda stan, Wali Nagari Tigo Jangko Indra Gunalan menyanggupi menyediakan tenda untuk semua stan, selanjutnya untuk stan tambahan panitia meminjam tenda pacu jawi dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Tanah Datar.
Di sisi lain, untuk seperangkat alat band dan kesenian dibantu oleh Irama Production melalui lobi Ketua Pemuda Buo ke Ketua GOW Tanah Datar, ibu Retri Zuldafri Darma. Ketika disampaikan gagasan tentang Lintau Expo, beliau sangat antusias. Selain mengirim alat band dan kesenian, dia juga menugaskan crew Irama Production dan Pusako Sakti Minangkabau (PSM) yang merupakan binaannya membantu menyukseskan Lintau Expo.
Empat hari jelang acara, ketika saya baru sampai di Lintau, langsung menggelar rapat di rumah Ketua Pemuda Pangian, Arfianto Dt Tan Kayo dengan semua panitia. Tak disangka, puluhan orang datang. Namun saat rapat, hujan turun dengan lebatnya hingga subuh.
Usai rapat, panitia menahan perut lapar dan tertidur di rumah yang dikenal dengan Kampuang Onow itu. Namun tanpa disadari, itu adalah awal kebersamaan panitia.
Selanjutnya kami mulai berjuang di lokasi acara, menebang bambu, membersihkan lokasi, diskusi hingga persebatan alot terkadang tak terhindarkan. Ada yang meminjam marawa, meminjam matras ke nagari-nagari.
Tiga hari-hari malam panitia tidur di lokasi. Kadang mandi kadang tidak, kadang makan kadang tidak. Rokok pun kadang dihisap sebatang bertiga.
Davit, pimpinan PSM datang dan menyarankan pentas yang sedianya dipinjam dari Dinas PU diganti dengan panggung rigging, sehingga sesuai standar, langsung ada lampu dan membuat acara jadi wah.
Sempat pro kontra karena tidak ada dana, akhirnya kami menyanggupinya. “Bakpo ka bakpo, bakpo-bakpo lah beko” itu kata panitia ketika itu. Itu hanya ungkapan candaan yang kira-kira artinya, yang jelas kita sanggupi dulu, nanti bagaimana cara membayarnya dipikirkan kemudian. Untuk uang muka, kami meminjam uang ke salah satu pejabat asal Lintau.
Masalah belum selesai, ketika Paspampres dan Biro Protokoler Wapres datang, banyak tambahan yang harus dipersiapkan. Mulai dari menimbun lokasi, menyiapkan tenda untuk pemeriksaan pengunjung, memasang pembatas lapangan, pembatas panggung, menyediakan karpet, blower, dan hal lainnya.
Kami terus sediakan, meminjam uang dari sana-sini kami lakukan agar terwujud. Melihat perjuangan panitia, simpati mulai berdatangan. Ketua dan anggota IKLB Padang menambah dana, pejabat Pemkab Tanah Datar, anggota DPRD Tanah Datar asal Lintau, bakal calon anggota legislatif, pengusaha dan perantau asal Lintau pun memberi bantuan. Meski nilainya tidak mencukupi, namun cukup membuat asam lambung panitia kembali turun.
Diki, tokoh club motor RKRC di Lintau menurunkan puluhan anggota club untuk membantu menyukseskan Lintau Expo. Arfianto Dt Tan Kayo menurunkan pemuda Pangian untuk mendekor lokasi, membuat gerbang hingga spot-spot selfie.
Empat hari jelang iven, panitia bekerja siang malam, tanpa puding, dengan perut lapar yang ditahan, jarang mandi, dan emosi yang kadang terluapkan. Tatapan sinis, pesimis dan cemeeh pun tetap mereka dapatkan.
Malam jelang acara, mobil yang menjemput soundsystem ke Batusangkar dikabarkan terbalik di Nagari Atar. Panitia panik, kami harus membagi tugas untuk mengevaluasi mobil dan terus mempersiapkan acara. Beruntung sopirnya tidak mengalami cedera parah.
Dua jam jelang kedatangan, panitia masih melengkapi kekurangan, pengisi acara yang sedianya tari dan silat diganti dengan sirih carano dan tambua. Fajri, mahasiswa ISI asal Lintau mengomandoi anak nagari latihan mendadak.
Saat RI 4 meluncur ke lokasi, gerimis turun, wajah panitia merah, ada yang berdoa dalam hati, ada yang menengadahkan tangan. Camat Lintau Buo, Zulkifli, Ketua IKLB Padang dan rombongan penyambut lainnya pucat. Paspampres bahkan sampai bercanda ke panitia, agar panitia mencari pawang hujang. Payung sudah dikembangkan.
Begitu rombongan RI 4 itu memasuki simpang Kantor Camat Lintau Buo, doa panitia diijabah Allah SWT. Awan menyibak, matahari mununjukkan sinarnya, gerimis berhenti dan cuaca cerah kembali.
Suara sirine kendaraan dan senyum ibu Mufidah Jusuf Kalla didampingi Gubernur dan Istri, Ketua DPRD Sumbar dan Istri, Ketua Dekranasda Tanah Datar Emi Irdinansyah Tarmizi, Wakil Bupati Tanah Datar dan Istri, serta ibu-ibu istri menteri, disambut haru panitia, mata mereka berkaca-kaca menahan tangis, saling berpelukan. Diki, sesepuh RKRC Lintau tak kuasa menahan tangisnya. Mereka tak percaya, perjuangan dengan perut lapar, lelah, mata terkantuk, emosi yang tertahan itu berhasil.
Setelah ibu Mufidah meninggalkan lokasi, acara dilanjutkan dengan pameran, pertunjukan tari, sumbang dua belas, randai, salawat dulang, Festival Silat Lintau, Seminar Pariwisata Nagari Berbasi Pokdarwis, hingga pertunjukan musik perkusi dan Orkes dari Daramkanwa dan Mendadak Orkes. Bintang tamu dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang menghibur belasan ribu orang yang datang ke Lintau Expo.
Meski biasa tampil secara profesional, di Lintau Expo Daramkanwa dan Mendadak Orkes tampil hanya karena ingin membantu menyukseskan Lintau Expo. Mereka mempersiapkan penampilan dan datang dengan biaya sendiri. Namun, kehadiran mereka membuat penutupan Lintau Expo jadi begitu meriah dan berbeda.
Usai acara beberapa wali nagari, tokoh masyarakat dan pemuda meminta agar iven ini dipertahankan dan dijadikan iven tahunan di Lintau IX Koto. Bahkan banyak masyarakat menyayangkan pelaksanaan iven yang hanya dua hari.
Melalui tulisan ini, saya dan Ketua IKLB Padang Indra Jaya ingin mengucapkan terimakasih kepada Rivaldi, Sandi, Gusti, Tika dan kawan-kawan alumni IPPLB Padang, anak-anak Wisma Lintau yang sudah mau mengambil tanggungjawab sebagai panitia.
Terimakasih kepada tim RKRC, mahasiswa Lintau di ISI Padang Panjang. Pemuda dan Karang Taruna Pangian. Oh ya, untuk da Hendra, da Firdaus, dan Alwidio Petra. Desain menarik di sosial media membuat banyak perantau pulang kampung mendadak untuk datang ke lokasi Lintau Expo.
Kemudian kepada buk Sasrita yang menyediakan kantornya menjadi sekretaariat Lintau Expo, Ni Ul dan Nova yang sudah berdarah-darah membantu pelaksanaan Lintau Expo, dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu. Kepada da Veri, atas baju crew yang keren. Pengurus Masjid Al Qubro Pangian juga atas bantuan bambu dan papannya.
Semuanya Luar Biasa….
Tak lupa, terimakasih kepada bapak Bupati Tanah Datar dan ibu Emi atas saran-sarannya. Juga kepada ibu Retri Zuldafri yang mengirimkan Irama Production dan PSM yang membuat acara jadi lebih meriah. Terimakasih juga kepada Kadisparpora Edi Susanto, Kadiskoperindag Abdul Hakim, Kadis Pengelolaan Keuangan Daerah, Hendri, Kabag Umum Novendril, dan pejabat Pemkab Lainnya. Lalu kepada Camat Lintau Buo dan Lintau Buo Utara, Wali Nagari Lintau IX Koto, Bapak Kapolsek dan Danramil Lintau Buo dan Lintau Buo Utara, ibu PKK dan bundo kanduang yang sudah menyediakan konsumsi.
Semua pihak yang membantu untuk kelancaran, perantau, pengusaha asal Lintau, anggota DPRD dan Caleg asal Lintau, juga kepada Ikatan Notaris Indonesia (INI) Sumbar yang ikut memberikan bantuan. (***)