Pesisir Selatan – Komunitas Lengayang Bike Club (LBC) gowes ke monumen tugu uang di Kampung Koto Pulai, Nagari Kambang Timur, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Kegiatan ini digelar guna menelusuri dan melihat secara dekat peninggalan sejarah pusat percetakan uang yang diabadikan dalam bentuk monumen itu, digelar Minggu (19/7).
Dikutip dari pesisirselatan.go.id, Penggiat LBC, Rozi Kaveri, mengatakan melalui kegiatan itu, maka generasi muda dan pecinta olahraga bersepeda yang tergabung pada LBC, akan mengenal lebih dekat lagi bagaimana perjuangan para pendahulu bangsa di daerah itu untuk bisa bertahan di masa penjajahan dulunya.
“Menelusuri jejak bersejarah di masa lalu melalui kegiatan napaktilas yang digelar oleh Komunitas LBC, akan memberi dampak positif dalam meningkatkan pengetahuan tim terhadap sejarah perjuangan bangsa. Beranjak dari tujuan itu, sehingga kami melakukan kunjungan ke Kampung Koto Pulai, di Nagari Kambang Timur dengan bersepeda,” ujar Rozi.
Rozi menambahkan, start Gowes dimulai pukul tujuh pagi di depan Kantor Telkom dan menuju Kampung Koto Pulai.
Dijelaskan Rozi bahwa Kampung Koto Pulai berjarak sekitar 16 kilometer dari pusat ibu kota Kecamatan Lengayang di Pasar Kambang.
Untuk bisa sampai ke tugu perjuangan yang terdapat di Kampung Koto Pulai itu, rombongan akan melewati beberapa kampung mulai dari Kampung Talang, Tebing Tinggi, Medan Baik, Koto Baru, Kalumpang, Kapau, Koto Kandis, dan Kampung Pauh.
“Namun untuk sekedar mencari jalur yang ekstrim, komunitas LBC
ketika sampai dipendakian Jembatan Kalumpang, belok kanan menuju arah SMA Negeri 3 Lengayang. Di jalur ini kami dihadapkan dengan pendakian yang lumayan terjal dan penurunan sedikit curam. Jalan alternatif ini diinisiasi oleh Zainal Sikumbang, mantan Wali Nagari Kambang, sebelum dilakukan pemekaran menjadi sembilan nagari sebagaimana saat ini,” jelas Rozi.
Selain itu, Kampung Koto Pulai menyimpan sejarah masa lalu perjalanan bangsa, sehingga dia mengajak para pemuda dan generasi penerus di kecamatan itu untuk tetap bisa mempertahankan semua bukti-bukti sejarah yang masih ada.
“saya berharap ke depanya kampung ini bisa dijadikan sebagai kampung wisata sejarah di daerah ini,” tutupnya.