EkonomiKota Pariaman

KAI Divre II: Pariaman Ekspres Dukung Pariwisata Sumbar, Okupansi Tinggi

317
×

KAI Divre II: Pariaman Ekspres Dukung Pariwisata Sumbar, Okupansi Tinggi

Sebarkan artikel ini
img 20250405 114437 800 x 450 piksel 11zon.webp.jpeg

Padang – Tingginya animo masyarakat terhadap Festival Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat, berdampak signifikan pada peningkatan okupansi kereta api.

PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divisi Regional II (Divre II) Sumatera Barat mencatat, jumlah tiket KA Pariaman Ekspres yang terjual untuk periode 5 hingga 6 Juli 2025 telah mencapai 12.182 lembar, melebihi kapasitas tempat duduk yang disediakan, yakni 8.480 kursi.

Angka ini mencerminkan tingkat okupansi mencapai 144 persen dari total kapasitas yang tersedia.

Kepala Humas KAI Divre II Sumbar, Reza Shahab, menyampaikan bahwa data penjualan tiket tersebut terhitung per Sabtu (5/7/2025).

Menurut Reza, tingginya animo masyarakat ini tak lepas dari daya tarik Festival Tabuik, sebuah tradisi budaya dan religi tahunan Kota Pariaman.

“Untuk memudahkan penumpang, tiket kereta lokal dapat dipesan melalui aplikasi Access by KAI. Penjualan dilakukan secara bertahap sesuai jadwal, yaitu H-7 sebelum keberangkatan,” ujar Reza.

Dengan tarif terjangkau hanya Rp5.000 per penumpang, KA Pariaman Ekspres menjadi moda transportasi favorit wisatawan dan warga lokal, terutama untuk mengunjungi destinasi unggulan Pantai Gandoriah.

Lokasi pantai yang berjarak sekitar 200 meter dari Stasiun Pariaman menjadikan kereta ini pilihan strategis bagi pengunjung, terutama pada masa-masa padat seperti perayaan Tabuik.

Perjalanan menggunakan KA Pariaman Ekspres menempuh waktu sekitar 1,5 jam dari Padang menuju Pariaman.

Sepanjang perjalanan, penumpang dapat menikmati pemandangan hamparan sawah hijau, perkampungan tradisional Minangkabau, hingga panorama laut di pesisir barat Sumatera.

Eko Susanto, seorang wisatawan asal Padang yang datang bersama keluarganya, juga merasakan kenyamanan menggunakan moda transportasi ini.

“Naik kereta ke Pariaman sangat nyaman, apalagi kalau bawa anak-anak. Aman, hemat, dan anak-anak juga senang lihat pemandangan dari jendela. Sampai stasiun pun langsung dekat ke pantai,” kata Eko.

Festival Tabuik sendiri digelar setiap tanggal 1 hingga 10 Muharram untuk memperingati peristiwa Asyura. Istilah tabuik berasal dari kata Arab ‘tabut’, yang berarti “peti”, merujuk pada miniatur menara bertingkat dengan ornamen khas yang diarak ke pantai sebelum akhirnya dilarung ke laut.

Prosesi puncak Festival Tabuik kerap menyedot perhatian ribuan pengunjung, dengan atraksi budaya seperti pertunjukan tasa, tarian tradisional, dan demonstrasi silat Minangkabau.

Kehadiran ribuan wisatawan domestik dan mancanegara memberikan dampak signifikan terhadap sektor pariwisata dan perekonomian lokal.

Reza menegaskan, kereta api tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tetapi juga menjadi bagian dari penggerak pariwisata daerah.

“KAI terus berupaya meningkatkan layanan, baik dari sisi kenyamanan, keselamatan, maupun ketepatan waktu. Kami juga akan menyesuaikan kapasitas dan pola operasional mengikuti dinamika kebutuhan mobilitas masyarakat, terutama di momen-momen dengan permintaan tinggi seperti saat Festival Tabuik ini,” tutupnya.

Baca Kabarsumbar.com lebih update via Google News, Klik Disini atau Join Telegram Disini.