Indonesia Masih Berpeluang Besar Terhindar dari Resesi

Jakarta – Founder dan Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Hendri Saparini mengatakan Indonesia mempunyai peluang besar untuk terhindar dari jurang resesi tahun ini.

Dengan catatan pemerintah mampu memaksimalkan kinerja dua sektor yang dianggap berpotensi terus tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19.

“Apakah indonesia berpotensi terhindar dari resesi akibat pandemi ini?. Ya sangat memungkinkan. Namun, pemerintah harus mengoptimalkan kinerja dua sektor yang mampu menyelamatkan ekonomi kita , pertama adalah sektor pertanian dan industri manufaktur,” jelasnya dalam diskusi virtual bertajuk 75 Tahun Merdeka Saatnya Re-Formasi Ekonomi, Jumat 21 Agustus 2020.

Lanjutnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan sektor pertanian di kuartal II tahun ini menjadi penyumbang tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Di mana PDB pertanian tumbuh 16,24 persen pada triwulan-II 2020 (q to q), sementara secara year on year tumbuh 2,19 persen.

Selain itu, pertanian juga diyakini mampu menyerap angka lapangan kerja yang cukup tinggi. Mengingat Indonesia memiliki sumber daya pertanian yang masih melimpah dan belum dimanfaatkan sepenuhnya.

“Kita lihat data BPS mencatat, pertanian masih mampu tumbuh positif. Sektor ini pula juga berpotensi menyerap banyak tenaga kerja dengan kekayaan sumber daya yang dimiliki,” jelasnya.

Sehingga untuk menggeliatkan ekonomi nasional, pemerintah harus berfokus pada pengembangan hilirisasi produk pertanian, inovasi, dan regenerasi petani milenial. Imbasnya sektor pertanian Indonesia berpotensi terus tumbuh positif kendati pandemi Covid-19 masih belum mampu diatasi sampai saat ini.

Potensi serupa juga dapat dimanfaatkan dari Industri manufaktur. Dimana sektor ini mampu memberikan sumbangsih hingga 20 persen terhadap PDB Indonesia. Juga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak.

Oleh karena itu, ia berharap pemerintah lebih gencar untuk mendorong industri pengolahan yang berorientasi ekspor. Diantaranya melalui percepatan penetrasi ke pasar yang ekonominya cepat pulih, seperti China. Mengingat negara tersebut mampu bangkit dan menunjukkan pertumbuhan yang positif setelah sebelumnya mengalami kontraksi hingga 6,8 persen.

“Artinya kita punya potensi besar untuk terus menggenjot kinerja manufaktur. Kita lihat China sudah mampu tumbuh positif hingga 6,8 persen. Harusnya kita mampu, pasar dalam negeri kita saja masih terbuka luas,” jelasnya.

Baca Kabarsumbar.com lebih update via Google News, Klik Disini atau Join Telegram Disini.