PADANG – Pengamat ekonomi Universitas Andalas (Unand) Padang, Efa Yonedi Phd, memperkirakan perekonomian Sumatera Barat (Sumbar) akan pulih pada 2022 setelah kontraksi akibat COVID-19. Pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan diharapkan menjadi 2,5 persen.
Berdasarkan penelitian Fakultas Ekonomi Unand, perekonomian Sumbar akan mulai tumbuh kembali pada 2021 sekitar 2,5 persen, ujarnya pada Senin 7 Februari 2021 di Padang.
Dikutip dari Republika.co.id pada Rabu 10 Februari 2021, hal tersebut disampaikan pada pemaparan kondisi sektor jasa keuangan dan prospek ekonomi Sumbar tahun 2021, yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbar. Menurutnya, kembali ke kondisi ekonomi sebelum COVID-19 akan sangat bergantung pada seberapa efektif kebijakan kesehatan dari pemerintah.
“Untuk itu perlu koordinasi dan sinergi politik dari berbagai pihak agar lebih efektif,” sampainya.
Efa menilai perlu waktu sekitar dua tahun untuk membangun kembali ekonomi Sumbar supaya kembali normal.
Ia melihat, salah satu faktor yang mempercepat pemulihan ekonomi adalah COVID-19 hadir setelah internet berada di tengah kehidupan.
“Bisa dibayangkan kalau muncul COVID-19, kalau internet belum ada, sektor ekonomi benar-benar turun karena tidak bisa melakukan aktivitas sama sekali,” ujarnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, perekonomian di Sumatera Barat pada kuartal II-2020 minus 4,28 dan kuartal III minus 2,38. Namun, dia meyakini pertumbuhan ekonomi di Sumbar datang dalam bentuk huruf V yang mengecil lalu kembali naik.
Kredit dengan mengoptimalkan peran perbankan, kemudian optimalkan digitalisasi di sektor perbankan adalah salah satu upaya mendorong perekonomian Sumbar. Ini adalah suatu keharusan, jika tidak nasabah akan tertinggal.
Selain meningkatkan konsumsi rumah tangga, perbaikan kinerja ekspor dan merevitalisasi sektor pariwisata, adalah strategi mempercepat pemulihan ekonomi Sumatera Barat.